Sufi Kota

Sebagian besar sufi masa kini hidup di tengah masyarakat layaknya manusia biasa, mereka hidup tanpa menampakkan simbol agama. Berpakaian sederhana tanpa simbol agama, bekerja dan beraktifitas seperti orang-orang pada umumnya, namun yang membedakan hanyalah hatinya yang senantiasa terhubung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Kaum sufi kota ini tidak sedikit yang berprofesi sebagai engineer (insinyur), dokter, pengacara, hakim, guru, dosen, ahli keuangan, artis, politisi, pejabat dan pengusaha. Mereka hidup zuhud secara bathin, lahiriahnya nampak seperti masyarakat pada umumnya. Sufi kota ini tidak memisahkan diri dari kehidupan sosial seperti para sufi abad pertengahan. Hidup di tengah-tengah masyarakat menebar manfaat dan menyinari masyarakat dengan cahaya kebenaran, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup di tengah masyarakat pemuja nafsu dan pecinta dunia.Seorang dokter yang profesional, ramah dan santun senantiasa memberi kesejukan pada para pasien dengan sikap dan tutur kata yang baik. Memandang pasien sebagai makhluk Allah yang pantas dihormati, diperlakukan baik dan dihibur dengan tutur kata indah, meneladani akhlak Rasulullah.Seorang Engineer (insinyur) yang memahami ilmu pengetahuan dan teknologi bagian dari karunia Allah untuk kemajuan umat manusia, setiap karya yang dibuat semata-mata untuk ibadah kepada Allah. Science tak membuatnya jauh dari Tuhan, malah semakin mendekatkan diri kepada Nya. Sufi jenis ini membangun peradaban islam lewat karya-karya nya di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.Pengacara (lawyer) membela yang benar, bukan hanya membela yang bayar. Keadilan dan Kebenaran jadi pijakan dalam setiap kasus yang dibelanya di pengadilan, menolong orang-orang yang tertindas dan terdzolimi dengan sabar dan ikhlas.Hakim yang adil, berani menegakkan kebenaran dan keadilan, memandang setara setiap warga negara di mata hukum.Pejabat yang adil, jujur dan amanah dalam menjalankan roda pemerintahan, tidak korupsi, senantiasa menjaga diri dari harta yang haram. Yakin bahwa Allah akan meminta pertanggung-jawaban dari jabatan yang diembannya hingga tidak sewenang-wenang ketika berkuasa. Sufi ini meneladani kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan, bijaksana dalam keputusan dan lemah lembut dalam sikap dan perbuatan.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Berbaik sangka kepada Allah

Sebagai hamba Allah yang tak luput dari salah dan dosa, Rasulullah mengajarkan kita untuk berbaik sangka kepada siapapun, lebih khusus kepada Allah. Berbaik sangka kepada Allah, dalam artian tetap yakin bahwa Allah akan menolong kita, Allah akan mengabulkan doa kita, Allah akan menjaga dan menyelamatkan kita, seburuk apapun diri dan sebanyak apapun dosa yang diperbuat, karena Allah Maha Baik, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Ketika kita berada dalam kesulitan dan kesempitan rezeki, ingat Allah yang Maha Kaya akan memberi kita kelapangan rezeki pada waktu yang tepat. Saat terkena musibah, ingat bahwa Allah yang Maha Penjaga lagi Maha Penyelamat mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita. Tetap berpikir positif dan berbaik sangka kepada Allah Subhanu wa Ta’ala, ambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami.Hikmah tersembunyi di setiap peristiwa hidup anak manusia, hikmah adalah sarana mendekatkan diri dan mendapatkan ridho Allah. Ketika Allah ridho pada si hamba, niscaya setiap mata memandang adalah pandangan Allah, setiap gerakan tangan dan kaki merupakan tindakan Allah, setiap kehendak adalah kehendak Allah, bahkan setiap kuasa si hamba adalah Kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hingga si hamba pantas menempati level Wali Allah (Kekasih Allah), maqom yang diberikan pada hamba yang telah sampai kepada Nya. Karena Allah akan mengasihi dan menyayangi setiap hamba yang berbaik sangka kepada-Nya.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Wali Allah

Seorang hamba yang menjadi kekasih Allah disebut nabi dan rasul, namun dikarenakan Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir, maka para kekasih Allah masa kini disebut sebagai Wali Allah. Para kekasih Allah ini bertebaran di muka bumi, ada yang terkenal dan ada juga yang tersembunyi, biasanya Wali Allah hidup di tengah masyarakat dengan sederhana tanpa diketahui. Wali Allah memiliki derajat yang tinggi dan mulia di sisi Allah, sang kekasih Allah ini memiliki kedekatan dengan Allah sehingga biasanya setiap doanya mustajab atau memiliki keistimewaan yang khusus dibanding manusia pada umumnya.Para wali Allah adalah pewaris para nabi, ada wali yang memiliki jamaah ribuan hingga jutaan orang, ada juga yang tidak memiliki pengikut sama sekali, karena kewaliaan seseorang tidak diukur dari banyaknya murid atau pengikut. Kewaliaan seorang hamba diukur dari kedekatan dengan Allah, sejauh mana si hamba dikasihi dan disayangi atau dicintai oleh Allah.Bumi Nusantara memiliki wali Allah yang terkenal seperti walisongo, sembilan wali yang kini melegenda sebagai para penyebar islam generasi pertama dan diakui memiliki karomah dan kharisma yang besar. Banyak cerita yang beredar di masyarakat tentang karomah, kharisma dan keistimewaan walisongo, Sunan Kalijaga yang dipercaya dapat menembus bumi dan mengubah bongkahan tanah jadi emas, Sunan Gunung Jati yang dapat menurunkan hujan serta mustajab setiap doanya, Sunan Ampel yang dapat mengubah buah aren jadi emas, Sunan Kudus yang mampu menundukkan orang paling sakti sekalipun. Banyak lagi kisah-kisah ajaib di luar akal yang meliputi kehidupan para wali Allah. Bahkan sebagian masyarakat nusantara menganggap Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Abah Anom Suryalaya, dan Abah Dimyati Banten sebagai wali Allah. Kisah-kisah ajaib lebih digemari masyarakat nusantara hingga menutupi kehidupan islami para wali Allah, seperti senantiasa membantu yang lemah dan menolong fakir miskin, menyayangi anak yatim, mengurus masjid dan menegakkan kebenaran dan keadilan.Kehidupan islami para wali Allah kerap kali luput dari perhatian masyarakat, karena kisah-kisah ajaib lebih menarik untuk dibahas, hal ini yang mengakibatkan menyebarnya penyakit khayal dan panjang angan-angan di tengah ummat muslim nusantara. Tidak sedikit orang yang  hidup hanya sebatas mengandalkan keajaiban turun, dan ingin cepat kaya raya, ingin cepat berkuasa, dan keinginan-keinginan cepat lainnya yang serba instan. Tidak sedikit murid yang ingin hidup jadi wali Allah yang memiliki karomah tapi meninggalkan ibadah.Tidak semua Wali Allah memiliki kemampuan ajaib, tidak semua Wali Allah yang doanya mustajab, ada Wali Allah yang biasa saja, wali Allah yang hidup biasa dan bahkan tidak sedikit yang nampak rendah di mata manusia, bahkan tidak sedikit wali Allah yang nampak hina, wali Allah yang nampak gila, wali Allah yang bahkan tidak dilihat sama sekali. Cukup Allah yang melihat, mengasihi, menyayangi dan mencintai sang wali.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Ridho Allah

Ketika hujan turun ke bumi menyirami setiap tanaman, pepohonan, dan memberi minum binatang, itulah ridho Allah. Angin yang bertiup untuk menggerakkan kapal di lautan, itulah ridho Allah. Sinar matahari yang menerangi bumi, itulah ridho Allah. Bunga-bunga bermekaran di pagi hari, burung-burung yang bernyanyi, kupu-kupu yang menari, serta kesejukan hembusan angin adalah ridho Allah. Kasih sayang dari sang ibu pada anaknya, bentuk ridho Allah. Pengorbanan sang ayah untuk melindungi keturunannya, bagian dari ridho Allah.Ketika Allah meridhoi mu untuk berjalan di muka bumi, setiap mata memandang adalah keindahan.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Rezeki

Kawan, biarlah Allah mengatur rezeki mu dan tetaplah berusaha walau hasilnya belum terlihat. Niatkan setiap usaha yang kau lakukan untuk mengabdi kepada Nya, karena rezeki tidak bergantung pada usaha mu. Rezeki merupakan pemberian Allah yang Maha Kaya, anugerah Nya pada setiap hamba.Kawan, jangan jadikan kemalasan sebagai alasan karena kau tahu bahwa Allah yang mengatur rezeki. Tetaplah bekerja untuk menunjukan pengabdian mu kepada Nya, karena kesungguhan mu dalam berusaha tetap diperhitungkan oleh Nya. Serahkan kepada Allah, terus memperbaiki usaha, memperbaiki sikap, dan memperbaiki cara berpikir dan bertindak mu.Kawan, tersenyumlah saat menikmati anugerah Nya, rasa syukur mu akan mengundang nikmat lainnya, menambah anugerah Nya. Tenanglah, bersabar dengan kesempitan yang kau hadapi, karena kesabaran akan mendatangkan kasih sayang Nya. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Curhat hanya kepada Allah

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan: ‘Kami telah beriman’, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-Ankabut [29]: 2-3).
Setiap orang yang beriman pasti akan akan menghadapi ujian sesuai penegasan pada ayat di atas. Pada umumnya beranggapan bahwa ujian hanyalah yang berkaitan dengan keburukan, seperti mengalami penderitaan karena musibah, mengalami sakit, kekurangan nafkah untuk hidup dan berbagai hal lain yang menyusahkan.
Sesungguhnya Allah memberikan ujian juga berupa kebaikan, di samping ujian berupa keburukan, sesuai firman-Nya pada ayat berikut ini. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS al-Anbiya’ [21]: 35).
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah akan menguji dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, yaitu musibah dan kenikmatan dalam bentuk, seperti kekurangan nafkah hidup dan kemakmuran, sakit dan sehat, kemiskinan dan kekayaan, kemaksiatan dan ketaatan, kesesatan dan petunjuk, dan yang lain. Sehingga Allah akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah [2]: 286). Yakin terhadap janji Allah pada ayat di atas, maka kita akan menghadapi semua rangkaian ujian dengan selalu bersikap sabar dan syukur.
Berkaitan dengan sabar dan syukur, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin. Seluruh urusannya baik. Hal ini tidaklah ditemukan kecuali pada seorang Mukmin. Jika mendapat kesenangan, maka dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan itu juga baik baginya.” (HR Muslim).
“Bukankah Dia (Allah) Yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi?” (QS an-Naml [27]: 62).
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tertimpa kesusahan kemudian mengadu kepada manusia maka kesusahannya tidak akan teratasi. Dan barang siapa tertimpa kesusahan kemudian mengadu kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar dari kesusahan, cepat atau lambat.” (HR Tirmidzi).
Ayat dan hadis di atas menerangkan bahwa hanya kepada Allah SWT hendaknya kita mengadu dan berdoa untuk memohon pertolongan di saat menghadapi kesusahan atau kesengsaraan, jangan mengadu kepada manusia.
Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Nabi Yakub yang sedih karena putranya Yusuf yang hilang. Saudara-saudara Yusuf berkata bahwa ayah mereka akan sakit dan wafat karena hal tersebut (QS Yusuf [12]: 85). Nabi Yakub menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS Yusuf [12]: 86).

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Gerhana dan wafatnya Ibrahim bin Muhammad SAW

Cinta-kasih Muhammad kepada Ibrahim putranya yang meninggal waktu bayi (16-18 bulan) sebenarnya bukan karena suatu maksud pribadi yang ada hubungannya dengan Risalah yang dibawanya, atau dengan yang akan menjadi penggantinya. Muhammad SAW, dengan imannya kepada Tuhan dan kepada Risalah Tuhan tidak akan memikirkan anak atau siapa yang akan mewarisinya. Bahkan dikatakannya:

“Kami para Nabi, tidak dapat diwarisi. Apa yang kami tinggalkan untuk sedekah.”

Akan tetapi, rasa kasih insani dalam artinya yang luhur, rasa kasih insani yang begitu dalam tertanam dalam hati Muhammad – yang kiranya tidak akan dicapai oleh siapa pun, rasa insani yang akan membuat manusia Arab memandang anak laki-laki yang akan mewarisinya sebagai sebuah lukisan abadi – rasa kasih inilah yang telah membuat Muhammad mencurahkan semua cintanya kepada Ibrahim, kasih-sayang yang tiada taranya. Dan rasa kasih ini lebih parah merasuk ke dalam hati, karena sebelum itu ia telah kehilangan kedua puteranya Qasim dan Tahir, dan keduanya masih bayi dalam pangkuan Khadijah ibunya. Setelah Khadijah wafat ia kehilangan puteri-puterinya pula, satu demi satu, setelah mereka bersuami dan menjadi ibu. Sekarang tak ada lagi yang masih hidup, selain Fatimah. Putera-putera dan puteri-puteri itu, yang satu demi satu berguguran dan dengan tangannya sendiri beliau menguburkan mereka ke dalam pusara, yang telah meninggalkan luka yang begitu pedih dalam hatinya, kini terasa terobat juga dengan lahirnya Ibrahim, tempat buah hati meletakkan segala harapan. Dan sudah sepantasnya pula bila dengan harapan itu ia merasa gembira, merasa bahagia.

Tetapi harapan ini tidak berlangsung lama; hanya selama beberapa bulan saja seperti yang sudah kita sebutkan. Sesudah itu Ibrahim jatuh sakit, sakit yang sangat menguatirkan. Ia dipindahkan ke sebuah tempat dengan kebun kurma di samping Masyraba Umm Ibrahim. Maria dan Sirin adiknya selalu menjaga dan merawatnya. Bayi ini tidak lama sakitnya Tatkala ajal sudah dekat dan Nabi diberi tahu, karena rasa sedih yang sangat mendalam, ia berjalan dengan memegang tangan Abdur-Rahman bin ‘Auf sambil bertumpu kepadanya. Bila ia sudah sampai ke tempat itu di samping ‘Alia – tempat Masyraba yang sekarang – dijumpainya Ibrahim dalam pangkuan ibunya, sedang menarik napas terakhir. Diambilnya anak itu, lalu diletakkannya di pangkuannya dengan hati yang remuk-redam rasanya. Tangannya menggigil. Kalbu yang duka dan pilu rasa mencekam seluruh sanubari. Lukisan hati yang sedih mulai membayang dalam raut wajahnya. Sambil meletakkan anak itu di pangkuan ia berkata:

“Ibrahim, kami tak dapat menolongmu dari kehendak Tuhan.”

Dalam keadaan hening yang menekan itu kemudian airmatanya berderai bercucuran, sementara anak itu sedang menarik napas terakhir. Sang ibu dan Sirin menangis menjerit-jerit; oleh Rasulullah dibiarkan mereka begitu.

Setelah tubuh Ibrahim tiada bergerak lagi, sudah tiada bernyawa, dan dengan kematiannya itu padam pula semua harapan yang selama ini membuka hati Nabi, makin deras pula airmata Muhammad mengucur, sambil ia berkata:

“Oh Ibrahim, kalau bukan karena soal kenyataan, dan janji yang tak dapat dibantah lagi, dan bahwa kami yang kemudian akan menyusul orang yang sudah lebih dahulu daripada kami, tentu akan lebih lagi kesedihan kami dari ini.” Dan setelah diam sejenak, katanya lagi: “Mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka, tapi kami hanya berkata apa yang menjadi perkenan Tuhan, dan bahwa kami, O Ibrahim, sungguh sedih terhadap mu.”

Muslimin yang melihat Muhammad begitu duka, beberapa orang terkemuka hendak mengurangi hal itu dengan mengingatkannya akan larangannya berbuat demikian. Tapi ia menjawab: “Aku tidak melarang orang berduka cita, tapi yang kularang menangis dengan suara keras. Apa yang kamu lihat dalam diriku sekarang, ialah pengaruh cinta dan kasih didalam hati. Orang yang tiada menunjukkan kasih sayangnya, orang lain pun tiada akan menunjukkan kasih sayang kepadanya.” Atau seperti dikatakan juga: Kemudian ia berusaha menahan duka hatinya. Ia memandang Maria dan Sirin dengan pandangan penuh kasih. Kepada mereka dimintanya supaya lebih tenang sambil katanya: “Ia akan mendapat inang pengasuh di surga.”

Kemudian setelah ia dimandikan oleh Umm Burda, – sumber lain menyebutkan oleh Fadzl bin’l-‘Abbas – dibawa dari rumah itu di atas sebuah ranjang kecil. Nabi dan Abbas pamannya, begitu juga sejumlah kaum Muslimin ikut mengantarkan sampai ke Baqi’. Di tempat itu ia dimakamkan setelah disembahyangkan oleh Nabi. Selesai pemakaman Muhammad minta supaya makam itu ditutup kemudian diratakannya dengan tangannya sendiri. Ia memercikkan air dan memberi tanda di atas kubur itu. Lalu katanya:

“Sebenarnya ini tidak membawa kerugian, juga tidak mendatangkan keuntungan. Tetapi hanya akan menyenangkan hati orang yang masih hidup. Apabila orang mengerjakan sesuatu, Tuhan lebih suka bila dikerjakan secara sempurna.”

Bersamaan dengan kematian Ibrahim itu kebetulan terjadi pula matahari gerhana. Kaum Muslimin menganggap peristiwa itu suatu mujizat. Kata mereka matahari gerhana karena Ibrahim meninggal. Hal ini terdengar oleh Nabi.

Karena cintanya yang begitu besar kepada Ibrahim, dan rasa duka yang begitu dalam karena kematiannya, adakah ia lalu merasa terhibur mendengar kata-kata itu, atau setidak-tidaknya akan didiamkan saja, menutup mata melihat orang sudah begitu terpesona karena telah menganggap itu suatu mujizat? Tidak. Dalam keadaan serupa itu, kalau pun ini layak dilakukan oleh mereka yang suka mengambil kesempatan karena kebodohan orang, atau layak dilakukan oleh mereka yang sudah tak sadar karena terlampau sedih, buat orang yang berpikir sehat tentu hal ini tidak layak, apalagi buat Nabi Besar Muhammad melihat mereka yang mengatakan bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khotbahnya kepada mereka ia berkata:

“Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam zikir kepada Tuhan dengan berdoa.”

Sungguh suatu kebesaran yang tiada taranya. Rasul tidak melupakan risalahnya itu dalam suatu situasi yang begitu gawat, situasi jiwa yang sedang dalam keharuan dan kesedihan yang amat dalam! Kalangan Orientalis dalam menanggapi peristiwa yang terjadi terhadap diri Muhammad ini, tidak bisa lain mereka bersikap hormat dan kagum sekali! Mereka tidak dapat menyembunyikan rasa kekaguman dan rasa hormatnya itu kepadanya. Mereka menyatakan pengakuan mereka tentang kejujuran orang itu, yang dalam situasi yang sangat gawat ia tetap mempertahankan hak dan kejujurannya yang sungguh-sungguh !

Gerangan bagaimana pula perasaan isteri-isteri Nabi melihat kesedihan dan dukacita yang menimpanya begitu mendalam karena kematian Ibrahim itu? Dia sendiri sudah merasa terhibur dengan karunia Tuhan itu dan dapat pula meneruskan tugas menunaikan risalah serta dengan bertambahnya Islam tersebar pada perutusan yang terus-menerus datang kepadanya dari segenap penjuru, sehingga tahun kesepuluh Hijrah ini diberi nama ‘Am’lWufud – Tahun Perutusan.’ Pada tahun itulah Abu Bakr memimpin orang menunaikan ibadah haji.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Jual Ruko di Karawang

Lokasi Strategis

Majalaya, Karawang, Jawa Barat36

10 Menit ke Gerbang Tol Karawang Timur

Sertifikat Hak Milik

Harga Terjangkau

Investasi Menarik

Mulai dari Rp. 390 juta.

Hubungi: 082260708132

1 Komentar

Filed under property, Uncategorized

Karawang-Bekasi

cepiar.

Karya: Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)

Tinggalkan komentar

Filed under intermezo, Uncategorized

Pancasila dikristalkan jadi Esasila

Sejarah lahirnya Pancasila yang kini terkristal menjadi Esasila, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia dimulai dengan dibacakannya sebuah pidato yang waktu itu masih belum memiliki judul oleh Soekarno pada sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPK, atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan yang nantinya diubah menjadi Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang jatuh pada tanggal 1 Juni 1945. Hingga hari ini, hari lahirnya Pancasila masih sering diperingati oleh masyarakat-masyarakat Indonesia meskipun tidak ada perayaan yang megah seperti yang layaknya terjadi setiap tanggal 17 Agustus.

Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara Indonesia

Pada masa-masa akhir Perang Dunia II, kekalahan Jepang pada sekutu dalam perang Pasifik tak lagi bisa disembunyikan. Hal ini mendesak Jenderal Kuniaki Koisi yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang untuk mengumumkan sebuah rencana untuk Indonesia ke depannya pada tanggal 7 September 1944. Hal yang diumumkan oleh Koisi ternyata adalah sebuah rencana untuk memerdekakan Indonesia ketika Jepang berhasil memenangkan perang Asia Timur, berharap pengumuman ini akan membuat Indonesia berpikir bahwa pasukan Sekutu adalah perenggut kemerdekaan mereka. Bibit yang akan membentuk lahirnya pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia muncul ketika pada 1 Maret, Kumakichi Harada memberitahukan tentang pembentukan badan yang bertugas menyelidiki usaha persiapan kemerdekaan dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau disingkat BPUPKI).

Ketika BPUPKI secara resmi dibentuk pada 29 April 1945, yang ditunjuk menjadi ketua adalah Radjiman Wedyodiningrat, didampingi oleh Raden Pandji Soeroso dan satu orang Jepang sebagai wakil ketuanya. Soeroso sendiri sebenarnya memegang posisi ganda, yaitu sebagai kepala sekretariat BPUPKI bersama Abdoel Gafar dan Masuda Toyohiko. Ketika didirikan, BPUPKI memiliki 67 anggota dengan 7 diantaranya merupakan orang Jepang yang tidak memiliki hak suara.

Pada 28 Mei 1945, BPUPKI mengadakan sidang pertama mereka di gedung Volksraad, Jalan Pejambon 6, Jakarta. Sidang hari pertama ini hanya merupakan upacara pelantikan, dan sidang sesungguhnya baru dimulai keesokan harinya selama empat hari. Pada sidang ini, Muhammad Yamin menyampaikan pidato dan merumuskan hal yang menjadi awal sejarah lahirnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia, yaitu: ideologi Kebangsaan, ideologi kemanusiaan, ideologi ketuhanan, ideologi kerakyatan, dan ideologi kesejahteraan. Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mencetuskan dasar-dasar kebangsaan, internasionalisme, kesejahteraan, ketuhanaan, dan mufakat sebagai dasar negara. Ia juga memberi nama dasar-dasar tersebut Pancasila, dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar atau azas.

Usulan Pancasila milik Soekarno kemudian ditanggapi dengan serius, menyebabkan lahirnya Panitia Sembilan yang berisi Soekarno, Mohammad Hatta, Marami Abikoesno, Abdul Kahar, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Mohammad Yamin, dan Wahid Hasjim. Panitia ini kemudian bertugas untuk merumuskan ulang Pancasila yang telah dicetuskan oleh Soekarno dalam pidatonya.

Rumusan selanjutnya yang nantinya menjadi pencipta sejarah lahirnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia adalah ketika dibuatnya Piagam Jakarta, di sebuah rapat non-formal pada 22 Juni 1945 dengan 38 anggota BPUPKI. Pada pertemuan ini, terjadi debat antara golongan Islam yang ingin Indonesia menjadi negara Islam dan golongan yang ingin Indonesia menjadi negara sekuler. Ketika mereka mencapai persetujuan, dibuatlah sebuah dokumen bernama Piagam Jakarta yang di dalamnya terdapat usulan bahwa pemeluk agama Islam wajib menjalankan syariat Islam. Rancangan ini akhirnya dibahas secara resmi pada tanggal 10 dan 14 Juli 1945, dimana dokumen ini dipecah menjadi dua, bernama Deklarasi Kemerdekaan dan Pembukaan.

Pada sore hari di 17 Agustus tahun 1945, menyusul menyerahnya Kekaisaran Jepang, petinggi-petinggi masyarakat dari daerah Papua, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Kalimantan menemui Soekarno untuk menyatakan keberatan mereka terhadap rumusan sebelumnya yang menuliskan bahwa pemeluk agama Islam wajib menaati syari’at Islam. Soekarno dengan segera menghubungi Hatta dan merencanakan pertemuan dengan wakil-wakil dari golongan Islam yang tentu saja keberatan dengan usulan ini pada awalnya. Setelah diskusi cukup mendalam, kalimat dalam rumusan tersebut kemudian diubah menjadi “ketuhanan yang maha esa” demi menjaga kesatuan Indonesia.

Pada akhir tahun 1949, Republik Indonesia harus menerima rumusan penggantian bentuk pemerintahan menjadi negara federal dan hanya menjadi negara bagian Belanda. Pada masa ini, sudah terbentuk kerangka Pancasila yang hampir mengikuti Pancasila modern. Beberapa bulan setelah menjadi RIS, banyak negara bagian yang memilih bergabung dengan RI Yogyakarta, dan setuju mengadakan perubahan konstitusi RIS menjadi UUDS. Pada era kehancuran RIS ini, kerangka Pancasila belum berubah dari era awal RIS dibentuk oleh Belanda.

Ketika 5 Juli 1959 tiba, presiden Soekarno memutuskan untuk menetapkan UUD yang disahkan pada 18 Agustus oleh PPKI untuk menggantikan UUDS yang gagal menciptakan kestabilan negara pada saat itu. Menyusul penggunaan kembali UUD 1945, Pancasila yang menjadi rumusan resmi adalah Pancasila dalam pembukaan UUD, yang merupakan Pancasila yang kita kenal di era modern ini.

Hal lain yang menjadi titik penting dalam sejarah lahirnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia adalah saat terjadi insiden Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965. Meskipun hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan tentang siapa dan apa motif yang ada di belakang insiden ini, pihak militer bersama dengan kelompok agama terbesar pada waktu itu sepakat untuk menyebarkan kabar bahwa penggiat insiden ini adalah PKI yang ingin mengubah ideologi negara dari Pancasila menjadi ideologi Komunis. Karena upaya kudeta ini gagal, pemerintahan orde baru memutuskan 1 Oktober sebagai hari kesaktian Pancasila, menyimbolkan bahwa Pancasila menunjukkan kekuatannya (kesaktiannya) terhadap ideologi Komunis.

Di era modern ini Pancasila seperti kehilangan ruh dan kesaktiannya, sehingga menjadi perhatian para pemuda dan aktivis pergerakan, khususnya Cepiar Singanegara. Dalam pergolakan pemikiran dan aktivitasnya di dunia sosial dan pendidikan membuat Bang Cepiar kembali merumuskan Pancasila agar bertahan dalam menghadapi tantangan jaman.

Soekarno meringkas Pancasila jadi Trisila, lalu Trisila jadi Ekasila yaitu Gotong Royong

Cepiar Singanegara mengkristalkan Pancasila jadi Trisila, Trisila jadi Ekasila, Ekasila (Gotong Royong) menjadi Esasila yaitu BerTuhan.

Esasila kini menjadi energi pergerakan Pemuda dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, berbagai suku dan agama serta kepercayaan tumbuh subur dalam iklim demokrasi setelah era reformasi. Esasila yang merupakan kristal dari Pancasila dijadikan isme baru untuk menjaga keutuhan NKRI dan menjaga stabilitas nasional serta senjata pemikiran dalam menjaga perdamaian dunia.

Esasila (BerTuhan) menjadi rumusan baru untuk menyempurnakan pemikiran para tokoh  agama dan tokoh politik serta TNI-POLRI dan masyarakat dalam menghadapi perpecahan yang tersulut berkaitan dengan SARA.

Demikian artikel singkat mengenai sejarah lahirnya Pancasila hingga Esasila yang mudah-mudahan dapat menambah wawasan serta pengetahuan anda tentang sejarah nasional.

PANCASILA

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized