Membangun Usaha Setelah Hancur

Pasca tsunami yang menggulung Aceh dua tahun lalu banyak program digagas untuk membalut lukanya. Salah satu pil penyembuhnya Baitul Qiradh. Cara membangun ekonomi kecil yang cukup ampuh.

‘’(Assalamu ‘alai) kum, ’’ sambut Sulaiman (32) dengan senyum lebar. Bersama dua adik perempuannya, siang itu dia tengah menunggui kiosnya di Pasar Atjeh, di sebelah Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, NAD. Berbagai corak pakaian anak dan underwear wanita memenuhi 4 kios mereka yang saling berdampingan.

‘’Satu kios punya istri saya. Dia masih belum jualan karena mengasuh anak kami yang baru 8 bulan,’’ tutur lelaki tegap berkulit gelap itu.

Sulaiman mengaku, nilai asset dagangannya sekitar Rp 45 juta. Tiap hari dia beroleh penghasilan Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta. Dalam sebulan, dia tiga kali ke Medan untuk kulakan. Sekali belanja, habis Rp 40-an juta.

Sulaiman contoh korban tsunami Aceh yang berhasil bangkit. Bencana pada 26 Desember 2004 lalu itu tidak saja menghancurkan dagangannya di Pasar Atjeh. Tapi juga menewaskan istri dan dua anaknya, orangtua serta dua adiknya.

Seperti banyak korban tsunami yang lain, Sulaiman sempat stress berkepanjangan. Tapi wajah polos dua adik perempuannya yang tersisa, membuat semangat hidupnya bangkit.

Pada Agustus 2006, Sulaiman mendapat pinjaman modal dari Baitul Qiradh (Baiqi) Baiturrahman Baznas Madani yang beroperasi kembali sejak Maret 2005. Dengan pembiayaan sistem bagi hasil (mudharabah) senilai Rp 5 juta itulah dia merintis kembali kejayaannya.

Sukses dengan pinjaman termin pertama, Sulaiman kembali mendapat suntikan modal dari Baiqi. Besarnya Rp 15 juta. Kapasitas usahanya membesar. Adik-adiknya sampai punya kios sendiri-sendiri. Sulaiman kemudian menikah untuk kedua kalinya. Istrinya pun kebagian 1 kios.

Meski tak sebesar Sulaiman, usaha Hery (35) juga berhasil. Di Pasar Atjeh, ia berjualan VCD lagu daerah, film anak-anak, dan lain-lain. ‘’Ini kenang-kenangan buat Abang yang tidak mengalaminya seperti kami,’’ katanya sambil menyodorkan sebuah VCD rekaman kedahsyatan tsunami Aceh.

Omzet dagangan Hery mencapai Rp 800 ribu per hari. Tak heran bila dia mampu menabung di Baiqi Baiturrahman minimal Rp 100 ribu sehari.

‘’Tabungan Hery sampai hari ini sudah Rp 30 juta. Uniknya, dia belum pernah mengajukan pinjaman pembiayaan. Katanya belum perlu,’’ ungkap Maulida Lailiana, manajer Baiqi Baiturrahman.

Baiqi Baiturrahman Baznas Madani pun membawa berkah bagi Amin (60). Usaha guremnya yang dirintis sejak 1995, turut hancur diamuk tsunami. Dengan pinjaman dari Baiqi sebesar Rp 500 ribu, pada 2006 ia kembali berdagang kacamata. Sukses dengan pinjaman termin pertama dan kedua, Amin kini mendapat pinjaman Rp 2 juta. Usahanya bertambah besar dan melibatkan anak lelakinya yang tersisa.

Ketiga pengusaha sukses di atas hanyalah segelintir dari 239 pedagang kecil yang berbagi hasil dengan Baiqi Baiturrahman. Sampai April 2007 ini, menurut Maulida Lailiana, Baiqi sudah menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah itu sebesar Rp 1,2 milyar.

Pada saat yang sama, Baiqi menghimpun 1.140 nasabah penabung dengan total tabungan sekitar Rp 858 juta.

Saat ini, Baiqi Baznas Madani Baiturrahman sebagai kantor cabang utama, sudah online dengan kantor pusat Baiqi di Ulee Kareng, Banda Aceh. Meski kantornya paling mini, nyempil di pintu utara Masjid Raya, namun kinerja Baiqi Baiturrahman paling baik dibanding kantor cabang Baiqi Punge Jurong maupun Jeulingke.

Menurut Direktur Baiqi Baiturrahman Baznas Madani, Nora Faulina, per April ini Baiqi yang dimulai dengan modal awal Rp 16 juta sudah memiliki asset senilai Rp 8,68 milyar. Sebanyak kurang lebih 600 pengusaha gurem yang sebagian besar korban bencana tsunami, telah memetik manfaat produk pembiayaan Baiqi.

Lembaga Keuangan Syariah lain yang mendorong kebangkitan sektor nyata Aceh pasca-bencana adalah Baiqi Bina Insan Mandiri (Bima) yang diinisiasi Dompet Dhuafa. Selain 2 di Banda Aceh, Baiqi Bima DD juga ada satu di Meulaboh.

Dari 1000 lebih nasabah Baiqi Bima Kampung Baru Banda Aceh, salah satunya adalah Ny Sa’diyah. Setelah usahanya habis dimangsa tsunami, wanita paruh baya ini bersama suami dan kedua anaknya menghuni barak pengungsi di Blang Bintang. Baiqi Bima kemudian memberinya modal dagang keliling Rp 200 ribu tanpa jaminan apapun.

Di luar dugaan, ternyata Ny Sa’diyah rajin mengangsur pengembalian Rp 10 ribu per pekan. ‘’Kalaupun bayar angsurannya mundur, dia selalu datang dan bilang,’’ kata Mustafa, manajer Baiqi Bima. Lunas dengan termin pertama, ia kembali mendapat suntikan modal Rp 200 ribu. Saat ini pun Ny Sa’diyah gigih melunasi pinjaman ketiga senilai Rp 300 ribu.

Seperti Sa’diyah, Ny Zainab juga nasabah gurem yang sukses bersama Baiqi Bima. Dengan modal Rp 200 ribu, ia dapat berjualan sirih kembali di depan Pasar Atjeh. Sampai saat ini dia sudah dua melunasi dua termin pinjaman. ‘’Nanti kalau sudah lunas boleh pinjam lagi ya,’’ katanya saat ditemui di lapaknya.

Sementara itu di sisi jalan Soekarno-Hatta, Banda Aceh, Ali menuai sukses dengan berjualan ban vulkanisir. Satu ban apkir yang dibelinya Rp 70 ribu, setelah dimasak alias divulkanisir (daur ulang), dapat laku dijual Rp 400 ribuan. Dari situ ia meraup untung sekitar Rp 200 ribu.

Setiap bulan, pada tanggal yang ditentukan ia tak pernah telat mengangsur pengembalian pinjaman modal ke Baiqi Bima. Sebentar lagi pinjaman sebesar Rp 4 juta akan lunas. Ia sudah mendapat lampu hijau untuk pinjaman kedua guna mengembangkan usahanya.

Menurut Deny Pribadi, kepala program ekonomi produktif DD Aceh, para nasabah gurem tadi terseleksi untuk menerima pembiayaan berdasarkan karakter pribadinya. ‘’Kalau dimintai agunan, mereka itu punya apa,’’ kata Deny sambil tersenyum.

Punya agunan besar pun, kalau karakternya memang pancalongok, ya akan kabur ke Singapura atau Guangzhou sambil menggondol duit trilyunan rupiah hasil menggangsir bank. Puas, puas? (aya hasna)

1 Komentar

Filed under Bisnis

1 responses to “Membangun Usaha Setelah Hancur

  1. zurrahman

    saya sudah lama mencari-cari info tentang baitul qirath baiturrahman, saya pernah mengiluti pelatihan yang diberi oleh ILO tentang “SYB” Start your Bussiness”,
    untuk itu saya punya keinginan yang boleh dibilang besar, karena berencana membuka bisnis warnet dengan modal yang besar juga tentunya, yaitu sebesar lebih kurang 100 juta,
    tolong bantu saya tentang informasinya, bagaimana caranya bisa mendapatkan pinjaman modal sebesar itu karena saya tidak punya agunan sama sekali,
    saya yakin dengan keberhasilan bisnis ini untuk bisa merubah perekonomian saya dan juga keluarga, hal itupun karena saya tahu sedikit tentang komputer dan juga internet. saya pernah kuliah di Tehnik Informatika USM Banda Aceh, tapi keluar karena masalah uang, sekarabg saya kuliah di Fakultas Ekonomi USM Banda Aceh juga.

Tinggalkan komentar